WELCOME TO BODHISATTVA AVOLAKITESVARA BLOGSPOT

Rabu, 18 Juli 2012

Beberapa Legenda Dewi Kwan Im


TERDAPAT beberapa legenda lainnya terkait tentang asal-usul Dewi Kwan Im. Dalam kitab Hong Sin Yan Gi / Hong Sin Phang (“Penganugerahan Dewa”) disebutkan bahwa sebelum ia dikenal dengan sebagai Dewi Kwan Im, ia dikenal dengan nama Chu Hang. Ia merupakan salah satu murid dari Cap Ji Bun Jin (12 Murid Cian Kauw Yang Sakti). 

Selain itu, menurut Kitab Suci Kwan Im Tek Too yang disusun oleh Chiang Cuen, Dewi Kwan Im dilahirkan pada zaman Kerajaan Ciu / Cian Kok pada tahun 403-221 SM terkait dengan legenda Puteri Miao Shan, anak dari Raja Miao Zhuang / Biao Cong / Biao Cuang Penguasa Negeri Xing Lin (Hin Lim), kira-kira pada akhir Dinasti Zhou di abad III SM. 

Disebutkan bahwa Raja Miao Zhuang, tulis Wikipedia, sangat mendambakan seorang anak lelaki, tapi yang dimilikinya hanyalah 3 (tiga) orang puteri. Puteri tertua bernama Miao Shu (Biao Yuan), yang kedua bernama Miao Yin (Biao In) dan yang bungsu bernama Miao Shan (Biao Shan). Setelah ketiga puteri tersebut menginjak dewasa, Raja mencarikan jodoh bagi mereka. Puteri pertama memilih jodoh seorang pejabat sipil, yang kedua memilih seorang jendral perang sedangkan Puteri Miao Shan tidak berniat untuk menikah. Ia malah meninggalkan istana dan memilih menjadi Bhikuni di Klenteng Bai Que Shi (Tay Hiang Shan). 

Berbagai cara diusahakan oleh Raja Miao Zhuang agar puterinya mau kembali dan menikah, namun Puteri Miao Shan tetap bersiteguh dalam pendirianNya. Pada suatu ketika, Raja Miao Zhuang habis kesabarannya dan memerintahkan para prajurit untuk menangkap dan menghukum mati sang puteri. 

Setelah kematianNya, arwah Puteri Miao Shan mengelilingi neraka. Karena melihat penderitaan makhluk-makhluk yang ada di neraka, Puteri Miao Shan berdoa dengan tulus agar mereka berbahagia. 

Secara ajaib, doa yang diucapkan dengan penuh welas asih, tulus dan suci mengubah suasana neraka menjadi seperti surga. Penguasa Akherat, Yan Luo Wang, menjadi bingung sekali. Akhirnya arwah Puteri Miao Shan diperintahkan untuk kembali ke badan kasarNya. Begitu bangkit dari kematianNya, Buddha Amitabha muncul di hadapan Puteri Miao Shan dan memberikan Buah Persik Dewa. Akibat makan buah tersebut, sang Puteri tidak lagi mengalami rasa lapar, ke-tuaan dan kematian. Buddha Amitabha lalu menganjurkan Puteri Miao Shan agar berlatih kesempurnaan di gunung Pu Tuo, dan Puteri Miao Shan-pun pergi ke gunung Pu Tuo dengan diantar seekor harimau jelmaan dari Dewa Bumi. 

Sembilan tahun berlalu, suatu ketika Raja Miao Zhuang menderita sakit parah. Berbagai tabib termasyur dan obat telah dicoba, namun semuanya gagal. Puteri Miao Shan yang mendengar kabar tersebut, lalu menyamar menjadi seorang Pendeta tua dan datang menjenguk. Namun terlambat, sang Raja telah wafat. Dengan kesaktianNya, Puteri Miao Shan melihat bahwa arwah ayahNya dibawa ke neraka, dan mengalami siksaan yang hebat. Karena rasa bhaktiNya yang tinggi, Puteri Miao Shan pergi ke neraka untuk menolong. 

Pada saat akan menolong ayahNya untuk melewati gerbang dunia akherat, Puteri Miao Shan dan ayahNya diserbu setan-setan kelaparan. Agar mereka dapat melewati setan-setan kelaparan itu, Puteri Miao Shan memotong tangan untuk dijadikan santapan setan-setan kelaparan. Setelah hidup kembali, Raja Miao Zhuang menyadari bahwa bhakti ketiga putrinya sangat luar biasa. Akhirnya sang Raja menjadi sadar dan mengundurkan diri dari pemerintahan serta bersama-sama dengan keluarganya pergi ke gunung Xiang Shan untuk bertobat dan mengikuti jalan Buddha. 

Rakyat yang mendengar bhakti Puteri Miao Shan hingga rela mengorbankan tanganNya menjadi sangat terharu. Berbondong-bondong mereka membuat tangan palsu untuk Puteri Miao Shan. Buddha O Mi To Hud yang melihat ketulusan rakyat, merangkum semua tangan palsu tersebut dan mengubahNya menjadi suatu bentuk kesaktian serta memberikannya kepada Puteri Miao Shan. Lalu Ji Lay Hud memberiNya gelar Qian Shou Qian Yan Jiu Ku Jiu Nan Wu Shang Shi Guan Shi Yin Phu Sa, yang artinya Bodhisatva Kwan Im Penolong Kesukaran Yang Bertangan Dan Bermata Seribu Yang Tiada Bandingnya. Dalam kisah lain disebutkan bahwa pada saat Kwan Im Phu Sa diganggu oleh ribuan setan, iblis dan siluman, beliau menggunakan kesaktianNya untuk melawan mereka. 

Ia berubah wujud menjadi Kwan Im Bertangan dan Bermata Seribu, dimana masing-masing tangan memegang senjata Dewa yang berbeda jenis. Kisah Kwan Im Lengan Seribu ini juga memiliki versi yang berbeda, di antaranya adalah pada saat Puteri Miao Shan sedang bermeditasi dan merenungkan penderitaan umat manusia, tiba-tiba kepalanya pecah berkeping-keping. 

Buddha O Mi To Hud (Amitabha) yang mengetahui hal itu segera menolong dan memberikan “Seribu Tangan dan Seribu Mata, sehingga Beliau dapat mengawasi dan memberikan pertolongan lebih banyak kepada manusia. 

Dalam legenda Puteri Miao Shan, disebutkan bahwa kakak-kakak Miao Shan bertobat dan mencapai kesempurnaan, lalu mereka diangkat sebagai Pho Sat oleh Giok Hong Siang Te. Puteri Miao Shu diangkat sebagai Bun Cu Pho Sat (Wen Shu Phu Sa) dan Puteri Miao Yin sebagai Po Hian Pho Sat (Pu Xian Phu Sa). Disebutkan juga bahwa pada saat pelantikan Puteri Miao Shan menjadi Pho Sat, Puteri Miao Shan diberi 2 (dua) orang pembantu, yakni Long Ni dan Shan Cai. Konon, Long Ni diberi gelar Giok Li (Yu Ni) atau “Gadis Kumala” dan Shan Cai bergelar Kim Tong (Jin Tong) atau “Jejaka Emas”. 

Pada mulanya, Long Ni adalah cucu dari Raja Naga (Liong Ong), yang diberi tugas untuk menyerahkan mutiara ajaib kepada Kwan Im, sebagai rasa terima kasih dari Liong Ong karena telah menolong puterinya. Namun ternyata Long Ni justru ingin menjadi murid Kwan Im dan mengabdi kepadaNya. Khusus untuk Shan Cai ada 2 (dua) versi legenda. Versi pertama berdasarkan legenda Puteri Miao Shan yang menceritakan bahwa Shan Cai adalah pemuda yatim piatu yang ingin belajar ajaran Buddha. Ia ditemukan oleh To Te Kong dan diserahkan kepada Kwan Im untuk dididik. 

Versi lain dalam cerita Se Yu Ki (Xi You Ji) menyebutkan bahwa Shan Cai adalah putera siluman kerbau Gu Mo Ong (Niu Mo Wang) dengan Lo Sat Li (Luo Sa Ni). Nama asliNya adalah Ang Hay Jie (Hong Hai Erl) atau si Anak Merah. Karena kenakalan dan kesaktian Ang Hay Jie, Sang Kera Sakti Sun Go Kong / Sun Wu Kong meminta bantuan kepada Kwan Im Pho Sat untuk mengatasiNya. 

Akhirnya Ang Hay Jie berhasil ditaklukkan oleh Kwan Im Pho sat dan diangkat menjadi muridNya dengan panggilan Shan Cai. Dalam hal ini, banyak orang yang salah mengerti dan menganggap bahwa salah 1 (satu) pengawal Kwan Im Po Sat adalah Lie Lo Cia (Li Ne Zha), yang penampilanNya memang mirip dengan Ang Hay Jie. Secara khusus terdapat perbedaan diantara keduaNya, Lie Lo Cia menggunakan senjata roda api di kakiNya, sedangkan Ang Hay Jie menggunakan semburan api dari mulutnya. Lie Lo Cia adalah anak dari Lie King dan Ang Hay Jie adalah anak dari Gu Mo Ong. 

Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, disebutkan ada 33 (tiga puluh tiga) rupa perwujudan Kwan Im Pho Sat, antara lain : 1. Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera; 2. Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri diatas Naga; 3. Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu; 4. Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri; 5. Kwan Im Berdiri Membawa Anak; 6. Kwan Im Berdiri diatas Batu Karang/Gelombang Samudera; 7. Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu; 8. Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua. 

Selain perwujudan Beliau yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im (Avalokitesvara) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara (Qian Shou Guan Yin), Cundi Avalokitesvara, dan lain-lain. Walaupun memiliki berbagai macam rupa, pada umumnya Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang keibuan, dengan wajah penuh keanggunan .Selain itu, Kwan Im Pho Sat sering juga ditampilkan berdampingan dengan Bun Cu Pho Sat dan Po Hian Pho Sat, atau ditampilkan bertiga dengan : Tay Su Ci Pho Sat (Da Shi Zhi Phu Sa) – O Mi To Hud – Kwan Im Pho Sat. 

Kamis, 12 Juli 2012

48 Ikrar Amitabha Buddha (Namo Ami to po)


48 ikrar Amitabha Buddha

1)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika masih terdapat Alam kesedihan seperti Neraka, setan kelaparan, hewan-hewan dan sebagainya di negeriku, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!


2)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata usianya telah habis dan mereka masih diterjunkan di 3 alam Kesedihan, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

3)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata semua badannya tidak berwarna emas sejati, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

4)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata warna kulit dan jasmaninya tidak serupa, paras dari mereka juga berbeda-beda ada yang cantik dan ada yang jelek, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

5)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak menguasai pengetahuan Purvanivasanu ( daya yang dapat mengingat tumimbal-lahir yang lampau ), dan mereka hanya mengerti segala kejadian dari ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa, , maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

6)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki Caksu (mata batin) dan mereka hanya biasa melihat ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

7)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki Divyasrotra (teliga Surga) dan hanya bisa mendengar khotbah-khotbah dari ratusan ribu Koti Nayuta Buddha dan banyak ajaran Buddha mereka tidak mampu menerima seluruhnya, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

8)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki pengetahuan Paracittajnana (daya intuisi)yang mampu membaca pikiran makhluk-makhluk dari ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

9)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki pengetehuan Rddhividhi (langkah Surga) dan mereka dalam selintas merenung hanya dapat mengarungi ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha saja, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

10)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata mereka belum memiliki pengetehuan Asravaksaya (daya mampu memusnahkan kekotoran batin) dan mereka hanya memiliki ide-egois dan selalu memikirkan keperluan tubuh diri sendiri, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

11)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata mereka tidak ditempatkan pada Samyaktveniyatasi (hakikat mutlak untuk mencapai pahala yang sesuai Sang Praktek Dharma) agar semua dapat mencapai Nirvana, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

12)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata sinar hidupku terbatas sehingga tidak dapat memancar ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

13)Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata masa hidupku terbatas, meskipun sampai dengan ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

14)Apabila aku telah menjadi Buddha, para Sravaka yang berada di negeriku, andaikata jumlahnya dapat dihitung oleh para pratyekabuddha yang berasal dari rakyat-rakyat di dunia Trisahasra-Mahasahasra Lokadhatu hingga lamanya ratusan ribu Kalpa, mereka dapat mengerti jumlahnya dan tidak salah hitung seorangpun, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

15)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, kehidupan atau usianya adalah tidak terbatas, kecuali atas kehendaknya mereka senang panjang atau pendek, jika tidak demikian, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

16)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata diantara mereka kelakuan mereka terbukti kurang baik atau berdosa, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

17)Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha yang berada di sepuluh penjuru dunia dengan jumlah tak terhingga tidak memuliakan namaku, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

18)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia setelah mendengar namaku lalu timbul keyakinan dengan riang gembira, ingin dilahirkan di negeriku dengan cara merenung atau menyebut namaku (Namo Amitabha Buddhaya!), andaikata setelah pelaksanaanya genap 10 kali tidak dilahirkan di negeriku, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha. Kecuali mereka telah memiliki dosa Pancanantarya (5 perbuatan durhaka ) dan pernah memfitnah Sad-Dharma dari para Tathagata.



19)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia yang telah membangkitkan Bodhicitta (bercita-cita ingin mencapai Kebuddhaan dan ingin menyelamatkan para makhluk), telah mempraktekkan dan mengamalkan berbagai kebajikan dan Dharma,dengan ini mereka berjanji bertekad dilahirkan di negeriku.



Pada saat mereka akan mengakhiri kehidupannya, andaikata aku tidak bersama-sama dengan rombonganku mengelilinginya serta menampakan diri di depan mereka, Supaya aku menjadi perwira terunggul di Triloka!, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!


20)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia setelah mendengar namaku mengarahkan hatinya kepada negeriku dan menanam berbagai benih kebajikan, kemudian jasa-jasanya di-Parinamanakan (disalurkan) di negeriku, andaikata cita-citanya tidak dipenuhi, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!

21)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata seluruh badannya tidak dilengkapi dengan Dvatrimsa-Maha-Purusa Laksana (32 macam tanda fisik agung) seperti badan Buddha dan Bodhisattva, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!



22)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodhisattva yang lahir di negeriku yang berasal dari berbagai alam Buddha, semua memiliki identitas disebut Ekajatipratibaddha (hanya satu kali menitis telah menjadi Buddha-pilih) kecuali:



a) Jika mereka telah mempunyai cita-cita akan menjelmakan raganya secara bebas, kemudian dengan badan Nirmitanya dilengkapi perisai-ikrar. Demi makhluk-makhluk sengsara mereka akan menimbun jasa-jasa sebanyak-banyaknya untuk membebaskan segala umat dari belenggu penderitaan dan cita-citanya ini akan tetap sukses;



b) Jika mereka akan menjelajah ke berbagai negeri Buddha, guna mempraktekkan Bodhisattva-Carita (pelaksaan tugas Bodhisattva) disana, cita-citanya juga akan sukses;

c) Jika mereka bermaksud ingin mengadakan kebhaktian untuk mengabdi para Buddha yang berada di 10 penjuru dunia, ini juga akan tercapai; 

d) Jika mereka akan membimbing para umat yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, agar umat-umat tersebut dapat menegakkan Saddharma terangung di dalam hatinya dan dapat meningkatkan status mereka hingga melampaui Bhumi-Bodhisattva yang setarap,agar
segala contoh-contoh tentang “Samantabhadra-Guna” dapat dihayati oleh para umat yang dibimbingnya hingga sukses.

Andaikata keadaan mereka tidak demikian, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!


23)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku, setelah menerima Adhisthana (dikuatkan) tentang Rddhibala Buddha (tenaga gaib Buddha) dan hendak mengabdi para Tathagata, andaikata mereka tidak dapat megunjungi negeri-negeri Buddha yang banyaknya ber-Koti-Koti Nayuta yang tak terhingga dengan waktu sekali santapan, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

24)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tiba di depan para Buddha di berbagai dunia dan mereka sedang menampilkan jasa-jasanya guna menhasilkan bermacam-macam sajian agung serta alat-alat pujaan untuk mengabdi para Buddha. Andaikata segala niat yang dimaksudkan oleh mereka itu tidak muncul dengan memuaskan, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

25)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tidak mampu berkhotbah tentang pengetahuan Sarvajna (segala pengetahuan Buddha) kepada pengikutnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

26)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tidak memiliki badan Vajra-Narayana (badan sekuat seperti Narayana) maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

27)Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk dan serta segala sesuatu yang berada di negeriku itu, bukan saja bermutu suci murni, bercahaya indah rupawan, melainkan juga berbentuknya, jenisnya serta warnanya pun demikian unik. Baik umat-umat maupun benda-benda semua demikian cantik, halus dan menakjubkan! Jumlah jenis-jenisnya pun sulit diperhitungkan!, Juga terdapat banyak umat yan berbakat cerdas, bahkan memiliki Mata-batin. Andaikata mereka dapat mengamati jenis-jenis benda tersebut mereka dapat menjelaskan namanya serta jumlahnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

28)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, karena tidak memiliki jasa sehingga tidak dapat melihat atau mengerti warna dan cahaya pohon Bodhi dari Mandalanya; Bahkan tinggi pohon yang hanya 4 juta Yojana pun juga tidak terlihat oleh mereka, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

29)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, telah menerima ajaran-ajaran Buddha seperti Sutra-Sutra, Gatha-Gatha, Dharani penting, Vibhasa-Vibhasa (keterangan-keterangan yang amat luas) dan sebagainya, tetapi mereka masih belum memiliki ketrampilan tentang Prajna (kebikjaksanaan terluhur) dan Pratibhana (berlidah fasih), maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

30)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu hanya memiliki keterampilan Prajna dan Pratibhana yang terbatas, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

31)Apabila aku telah menjadi Buddha, bumi-bumi di negeriku itu akan tetap berkualitas mulus, rapih, dan bersih; Sinar hidupku tetap menembus segala alam Buddha di 10 penjuru dan jumlahnya banyak sekali tak dapat diperkirakan, dan alam-alam tersebut tidak berbeda seperti wajah orang yang dicerminkan pada kaca mengkilap, seluruhnya amat terang benderang. Andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

32)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka seluruh lingkungan di negeriku mulai dari permukaan bumi terus ke angkasa terdapat banyak istana mestika yang mewah, gedung-gedung tinggi, kolam-kolam yang penuh dengan air 8 budijasa, bunga teratai yang bermacam-macam warna, pohon-pohon dari 7 mestika serta segala harta benda seperti terdapat di berbagai dunia. Dan benda-benda tersebut semua terbuat dari berbagai permata dan ribuan jenis wewangian. Setiap bangunan dihias dengan amat teliti, indah, megah, halus dan menakjubkan! Kemuliaannya melampaui alam-alam manusia atau Surga; keharumannya meliputi 10 penjuru dunia, sehingga para Bodhisattva yang berada di dunia itu setelah mencium harumnya lalu melaksanakan Buddha-Carita ( pelaksanaan tingkat Kebuddhaan), andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

33)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka makhluk apa saja yang berada di 10 penjuru alam Buddha tak terhingga serta sulit diperkirakan, bila badan mereka tersentuh oleh sinar hidupku, baik hati (pikiran) maupun jiwa-raganya akan merasakan kehalusan, lembut dan tanda sifat yang unik ini tetap melampaui para Dewata. Andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

34)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka makhluk apa saja yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, setelah mendengar namaku, andaikata mereka tidak dapat memiliki Anutpatika-Dharma-Ksanti (menetap batin pada Nirvana) serta berbagai Dharani penting, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

35)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para wanita yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mendengar namaku timbul keyakinan dan merasa amat riang gembira lantas membangkitkan Bodhicittanya. Dan jika sejak itu mereka tidak senang akan tubuh wanitanya dan ingin menjelma menjadi tubuh pria pada masa mendatang. Andaikata mereka masih tetap memiliki tubuh wanita dalam kehidupan berikut, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

36)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat banyak Bodhisattva yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mereka mendengar namaku, baik sekarang maupun di masa mendatang selalu menjalankan Sila-Sila Brahma-Carita (mengendali nafsu indera, bebas dari perzinahan) hingga memperoleh kebuddhaan. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

37)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Dewa, manusia, yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mendengar namaku maka dengan sikap sangat khidmat memberi penghormatan kepadaku sambil menimbulkan keyakinan dengan amat riang gembira, kemudian melaksanakan Bohisattva-Carita (memanfaatkan para umat serta diri sendiri agar sama-sama mencapai Kebuddhaan) dan berkelakuan amat suci dan agung, sehingga selalu dimuliakan oleh para manusia dan para Dewa. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

38)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para makhluk yang berada di negeriku menginginkan beberapa stel pakaian atau jubah, mereka akan menerimanya dan selintas merenung pakaian lengkap serta jubah-jubah khusus untuk Dharma yang tertentu; Yang selalu dipujikan oleh Sang Buddha itu, dimana semua akan berada di atas tubuhnya. Andaikata pakaian yang mereka terima itu tidak sesuai kehendaknya atau bahannya belum jadi, harus dijahit, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

39)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para makhluk yang berada di negeriku tidak dapat menikmati kebahagiaan yang sama besar dengan para Bhiksu yang berstatus Asravaksaya (segala kotoran batin dan penderitaan telah musnah), maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

40)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodhisattva yang berada di negeriku jika bermaksud ingin melihat alam Buddha yang suci murni dan indah di 10 penjuru banyaknya yang tak terhingga, biar pada saat apapun mereka dapat melihatnya melalui pohon-pohon mestika dan jelasnya seolah-olah wajah seseorang tercemin pada kaca yang mengkilap, Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

41)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, dimana setelah mendengar namaku dan tinggal sedikit saat lagi mereka akan mencapai Kebuddhaan, tapi panca inderanya atau organ-organ lain masih cacat atau fungsinya kurang normal, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

42)Apabila aku telah menjadi Buddha, dan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku maka semua akan memiliki suatu Samadhi luhur yang disebut Suvibhaktavati (terbebas segala ikatan) dan mereka hanya sepintas terpikir semua telah berada di depan Buddha yang tak terhingga sulit diperkirakan mengadakan pemujaan, dan saat itu mereka masih tetap didalam keadaan Samadhi pada semula belum diakhirinya. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

43)Apabila aku telah menjadi Buddha, dan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku, andaikata demi suatu tugas penting mereka ingin dilahirkan di salah satu anggota keluarga yang mulia saat ia telah tutup usianya, jika tidak dipenuhi keinginannya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

44)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia setelah mendengar namaku merasa amat riang gembira dan tekad melaksanakan ‘Bodhisattva-Carya’ yang terluhur hingga sukses, disamping mereka mengumpulkan jasa-jasa yang terangung selengkap-lengkapnya guna perbekalan menyeberang ke Pantai-seberang. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

45)Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku semua akan memiliki suatu Samadhi lebih luhur yakni Samantanugata (secara luas dan seimbang terhadap batin sipemuja), dan dalam Samadhi itu mereka bisa dengan Mata-batin melihat para Buddha yang banyaknya tak terhingga dan sulit diperkirakan; Dan disamping itu dengan pelaksanaan Samadhi ini mereka mencapai Kebuddhaan. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

46)Apabila aku telah menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, bila ingin mendengar khotbah Dharma biar pada waktu apapun tetap dapat ditangkap secara otomatis; Dan suara dari khotbahan Dharma dikumandangkan melalui sinar, arus, jaring-jaring, pohon-pohon, unggas-unggas dan sebagainya. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

47)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku, tidak segera memiliki Avinivartaniya (memiliki status tanpa mundur atau berpaling terhadap Kebodhian) dari Anuttara Samyaksambodhi itu, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

48)Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku, tidak segera memiliki 3 jenis Dharma-Ksanti, atau hanya yang pertama: Ghosanugata-Dharma-Ksanti (dengan suara dapat mengerti makna-makna Dharma); atau hanya yang kedua: Anulomiki-Dharma-Ksanti (batinya sangat halus dan lembut); atau hanya yang ketiga: Anutpattika-Dharma-Ksanti (batin tetap di Nirvana atau dalam keadaan tanpa lahir tanpa musnah); Demikian pula tentang Avinivartaniya yang berasal dari Dharma luhur yang dipegang oleh para Buddha itu, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!


Sumber : (Buddhavaca Amitayus Tathagata Sutra)









Jumat, 06 Juli 2012

Mantra Ta Pei Cou (Maha Karuna Dharani) Beserta Terjemahannya




Keng  TA PEI COU / DA BEI ZHOU ( Mahakaruna Dharani ) 

Na Mo Ta Pei Kwan She Yin Phu Sa (3x)
(Terpujilah Yang Maha Asih Avokitesvara Bodhisatva) 

Na Mo Hsi Fang Sie Yin Tao Shi A Mi To Fo (3x)



Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye
(Dengan penuh sujud aku Berlindung Kepada Tri Ratna) 

Na Mo O Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye, 
(Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung kepada Yang Maha Sempurna) 

Phu Ti Sa To Po Ye Mo He Sa To Po Ye
(Mahkluk yang Telah Mencapai Pencerahan Bodhi) 

Mo He Cia Lu Ni Cia Ye,
(Mahkluk Agung Maha Welas Asih)

Aum Sa Po La Fa Yi Su Ta Na Ta Sie
(Aum Beliau yang mempunyai kekuatan kesempurnaan Dharma) 

Na Mo Si Ci Li To Yi Meng A Li Ye
(Dengan sepenuh hati dan sujud aku berlindung kepada Mu) 

Po Lu Cie Ti Se Fo La Ling To Po
(sumber segala kesucian) 

Na Mo Na La Cin Ce
(Setulus hati aku bersujud Pada MU) 

SI Li Mo He Pu Tuo Sa Mi
(Cahaya kebajikan Agung yang tiada batas) 

Sa Pho Ah Tha Tou SU Peng Ah Se Yin
(Para Buddha sayup – sayup merasakannya) 

Sa Po Sa To Na Mo Po Sa To
(yang memiliki semua kemuliaan kebahagiaan kemakmuran tak terkalahkan) 

Na Mo Po Chie Mo Fa The Tou
(Sumber berkah semua makhluk di seluruh penjuru alam) 

Ta Che Ta Aum, Ah Po Lu Si Lu Cia Ti
(Aum beliau yang mendengarkan suara dunia mengatasi segala rintangan karma) 

Cia Lo Ti, Yi Si Li Mo He Phu Thi Sa To
(Aku akan menjalankan ajaranmu sampai tercapainya pencerahan) 

Sa Po Sa PO Mo La Mo La,
(Memberi yang baik untuk semuanya di dalam berkah dan kebijaksanaan Mu) Mo Si Mo 

Si Li Tho Yin Chi Lu Chi Lu
(Inti ketenangan tak terhingga laksana Dharma melepaskan kerterbatasan mengembangkan kemajuan pribadi dan menolong smua makhluk) 

Chie Meng, Tu Lu Tu Lu Fa Se Ye Ti
(Berlatihlah atasi kelahiran dan kematian raih kemenangan agung gemilang) 

Mo He Fa Se Ye Ti To La To La Ti Li Ni
(Bersatulah tenang jernih tajam berani pancarkan cahaya terang benderang) 

Se Fo La Ye Ce La Ce La Mo Mo Fa Mo La
(Guncang guncanglah bebaskan aku dari noda bahtin) 

Mu Ti Li Yi SI Yi SI Se Na Se Na
(Datang Datanglah dengar dengarlah) 

Ah La Sen Fo La She Li
(Raja Dharma memutar ajaran) 

Fa Sa Fa Sen Fo La Se Ye Hu Lu Hu Lu Mo La
(Kabar gembira senyum suka cita terimalah Dharma menyatu dalam hati) 

Hu Lu Hu Lu Si Li Suo La Suo La
(Laksanakan Dharma tampa timbul keraguan teguh tak tergoyahkan)

Si Li SI Li Su Lu Su Lu
(Raih kemenangan tak terkalahkan bagaikan embun sejuk yang menyembuhkan)

Pu Thi Ye Pu Thi Ye Pu Tho Ye Pu Tho Ye
(Terang teranglah batin sadar sadarlah tercerahkan) 

Mi Ti Li Ye Na La Cin Ce Ti Li Se Ni Na
(Beliau yang maha asih yang patut di puja laksana pedang kebenaran yang kuat dan tajam)

Pho Ye Mo Na Sa Po He
(kepada yang sempurna Svaha) 

Si Tho Ye Sa Pho He
(kepada yang mulia Svaha) 

Mo Ho Si Tho Ye Sa Pho He
(kepada yang maha gaib svaha) 

Si to Yu Yi Se Po La ye Sa Pho he
(Beliau yang memiliki gaib sempurna svaha) 

Na La Cin Ce Sa Pho He, Mo La Na La
(Pelindung yang maha asih svaha) 

Sa Pho He, Si La Sen A Mu Cu Ye Sa Pho He
(Beliau yang mampu mengatasi smua kesulitan svaha, yang berwajah singa Svaha) 

Sa Po Mo He Ah Si Tho Ye Sa Pho He
(Beliau yang memiliki kegaiban agung Svaha) 

Ce Ci La Ah SI to Ye Sa Pho He
(Beliau yang memiliki kegaiban cakra svaha) 

Pho To Mo Ci Tho Ye Sa Pho He
(Yang memegang bunga teratai svaha) 

Na La Cin Ce Pho Cia La Ye Sa Pho He
(Pelindung yang welas dan patut di puja svaha) 

Mo Po Li Sen Ci La Ye Sa Pho He
(Resi agung yang menjalani hidup suci Svaha) 

Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye
(Dengan penuh sujud aku berlindung kepada Tri Ratna) 

Na Mo Ah Li Ye Po Lu Cie Ti
(Dengan penuh sujud aku berlindung) 

Suo Po La Ye Sa Pho He
(kepada yang maha Sempurna Svaha) 

Aum Si Thien Tu Man To La Pha To Ye
(Aum semoga jalan mantra ini membuahkan kegaiban kesuksesan) 

Sa Pho He
(Svaha)

Kamis, 05 Juli 2012

Dewi Kwan Im Po Sat Mencapai Kesempurnaan



Setiap tahun Lunar atau penanggalan Imlek tanggal 19 bulan 6 tanggal atau Lak Gwee Cap Kau yang tahun ini jatuh pada tanggal 19 juli 2011, merupakan salah satu hari spesial bagi Kwan Im Po Sat atau yang populer disebut dengan Dewi Welas Asih, karena pada penanggalan tersebut sang Dewi telah memasuki masa mencapai kesempurnaan.


Ada hikmah dan teladan yang terkandung saat peringatan mencapai kesempurnaan yaitu sifat Welas Asihnya yang seperti seorang Ibu yang keinginan hatiNya adalah semoga seluruh umat manusia dan makhluk hidup lainnya terbebas dari lautan kesengsaraan.



Perjalanan masa lalu Dewi Kwan Im, yang menolak untuk masuk kedalam nirwana (surga), sebab dia sudah berjanji kepada Sang Maha Kuasa untuk tidak meninggalkan dunia fana selama manusia di bumi maupun makhluk hidup lainnya masih menderita.



Hal itulah yang sampai saat ini masih menjadi kenangan dan merupakan salah satu sikap untuk memupuk karma baik. Hal ini juga sebagai lambang semangat dan tekad keras yang peduli dengan sesama makhluk hidup untuk tidak saling menyakiti. Sikap inilah yang patut kita jadikan teladan untuk kita semua untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. 



Ada juga kebiasan mulia lainnya yang diadaptasi dari ajaran sang Dewi Welas Asih dan hingga kini dilakukan umat Tridharma saat peringatan mencapai kesempurnaan Dewi Welas Asih, yaitu melakukan Ciak Cay atau tidak memakan segala makanan bernyawa yang terdapat di bumi yang dinamakan juga Vegetarian, merupakan salah satu bentuk sikap menghormati ajaran Dewi Welas Asih.



Karena ia rela tidak memakan makanan yang bernyawa sebagai bentuk menghargai sesama makluk hidup dan bahkan ini menjadi sebuah gaya hidup yang disebut vegetarian. "Bahkan jika ini dilakukan dipercaya akan mendapatkan karma baik atau pahala yang berlipat," jelasnya.



Dalam keng Kwan Se Im Po Sat TA PEI CHOU pernah bersumpah dihadapan Hud Co Buddha Gautama, "Bila umat yang membaca keng ini tetap jatuh berdosa ke tingkat tiga, aku bersumpah tidak menjadi Sadar Betul (Buddha). Bila membaca keng ini tidak mendapatkan Panna, aku bersumpah tidak akan menjadi Sadar Betul (Buddha)", jelaslah bahwa sumpah dan janji Dewi Kwan Se Im Po Sat atas keng ini tidak ringan.





Cara Merubah Nasib Yang Benar

Mantra Dewa Bumi Mengubah Nasib Secara Lansung


SURAT WASIAT

Pesan dari Dewi Kuan Im
Sesungguhnya kemurahan hati Dewi Kuan Im menyertai kita semua. Hormatlah kepada-Nya dengan sepenuh hati, Oh… Dewi Kuan Im segenap hati aku percaya kepada-Mu.
Berbahagialah orang yang telah menerima surat ini dan meneruskannya mengirimkannya kepada Sahabat, Saudara, Keluarga anda. Keberuntungan dan keselamatan anda sekalian bernafkah hidup serta usaha maju selama dunia akhirat.
Surat ini adalah kiriman dari RRC, dalam bahasa Kanji. Mengingat bahwa tidak semua penduduk Indonesia tahu bahasa Kanji, maka surat ini diterjemahkan oleh Rahib KHIM dari Vihara Dharma Rawamangun dengan sempurna, demi kepentingan manusia di dunia ini.
Surat ini sudah keliling dunia 8x. Keberuntungan akan menemui anda dan ini akan terjadi setelah anda menerima surat ini.
Janganlah menyimpan surat ini lebih dari 8 hari. Surat ini ditulis oleh Bhiksu Ci. Oleh karena itu, surat ini harus keliling dunia.
Buatlah yang serupa seperti ini dengan fotocopy/diketik/salinlah kembali 41 lembar, dalam 10 hari anda akan mendapatkan rahmat dari Dewi Kwan Im, tentu saja akan ada orang yang merasakan manfaatnya, maka niat baik anda akan membawakan pahala yang sangat besar.









RAHASIA MANTRA “DEWA BUMI”
(ILMU UNTUK MERUBAH NASIB)

Aku sering mengajarkan siswa-siswaku suatu mantra. Mantra ini bukan mantra maha cahaya, bukan mantra tiada bandingan, bukan mantra tiada tara. Namun hanya suatu mantra kecil.
Mantra ini ada di hampir semua kitab-kitab Buddhis, sangat sederhana hingga terlewatkan orang. Mantra ini adalah mantra Dewa Bumi. Bunyi mantra ini :
Namo Samanto Motonom, Om Turu Turu Tiwi Soha
Dengan sungguh-sungguh Aku memberitahukan kepada kalian semua, bahwa mantra ini adalah sebuah ilmu rahasia untuk mengubah nasib.
Bukankah itu “Cuma Mantra Dewa Bumi yang biasa?” Tidak salah, ia mempunyai kekuatan luar biasa untuk mengubah nasib, karena itu tidak boleh dianggap remeh.
· Ada orang yang membaca Mantra tersebut, maka penyakit kulit yang telah diderita selama 10 tahun hilang lenyap.
· Ada orang yang bertampang sial, seumur hidup sial terus, setelah membaca Mantra tersebut, oleh sinar kebahagiaan menyoroti wajahnya menjadi bercahaya dan nasibnya pun berubah total, dari miskin menjadi kaya
· Ada orang yang membaca Mantra tersebut, kemandulan yang telah diderita selama 10 tahun menjadi lenyap
· Ada orang yang membaca Mantra tersebut, lalu urusan-urusan yang tadinya tidak lancar akhirnya menjadi lancar, tidak ada satu hal pun yang membuatnya terhalang.
· Ada orang yang membaca Mantra tersebut, lalu mendapatkan jodoh yang bagus, mukanya bercahaya kemerah-merahan
· Ada orang yang membaca Mantra tersebut, ia mendapatkan lotere besar.
Walau orang lain jarang menganjurkan Aku justru menganjurkan supaya mantra ini banyak dibaca secara rutin dan terus menerus.
Ini lah penemuanku :
Pada suatu meditasi, aku merasa disampingku ada seorang tua yang berambut putih dengan wajah kemerah-merahan.
· Kamu siapa ?
Dewa Bumi
· Di dunia manusia apa yang anda suka lakukan ?
Mengikuti orang yang punya banyak rezeki
· Bagaimana pandangan anda terhadap alam roh ?
Lapisan Nirwana merupakan kekosongan, Lapisan Dewa Langit jernih dan suci dihadapan Dewa Tanah, rezeki dan malapetaka datang silih berganti
· Bagaimana dengan nasib setiap orang?
Nasib ditentukan oleh karma (sebab akibat), karma itu saling mengait dan nasib bersilang ruwet. Manusia harus sadar bahwa segala sesuatu ditentukan karma
· Anda bicara betul, lalu bagaimana cara merubah nasib? Apakah minta kepada Buddha?
Tidak cocok
· Minta kepada Dewa-Dewi?
Juga tidak cocok
· Minta kepada Dewa Tanah?
Nah itu baru cocok
· Bagaimana caranya ?
Baca Mantra
· Mantra yang mana?
Mantra Dewa Bumi.
Orang tua itu lalu membawaku naik kereta rusa. Mengarungi angkasa biru dan kami sampai disebuah gunung, ditengah gunung itu ada sebuah kota besar, berkilauan mutu manikam, didalam kota penuh dengan orang tua yang berambut putih muka kemerah-merahan, ada ribuan bahkan puluhan ribu, mereka tampak sangat sibuk, ada yang baru mendarat ada yang sedang bersiap-siap berangkat.
· Ini negeri apa?
Negeri Dewa Bumi
· Para Dewa Bumi itu sedang sibuk apa?
Sedang memberi bantuan, mengatur dan mengubah nasib manusia.
Beginilah penemuanku.
Akhirnya, aku menyadari suatu kenyataan, melatih diri menjadi Buddha, tentu bisa mengubah nasib, Melatih diri menjadi Dewa juga bisa merubah nasib, tapi dengan langsung membaca Mantra Dewa Bumi, perubahan nasib akan lebih langsung. Bila ingin merubah nasib orang harus memiliki kunci pembukanya.
Pada prinsipnya ilmu apapun juga, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi, adanya kondisi dan kejodohan, serta ikatan karma masa lalu.
Asalkan membaca Mantra Dewa Bumi ribuan kali, puluhan ribu kali, ratusan ribu kali, secara sungguh-sungguh, maka sinar Dewa Bumi akan menyoroti, nasib pun bisa berubah, ini sungguh-sungguh !!!
Semboyan Dewa Bumi adalah : Amal Tanpa Pamrih
Tulisan ini baik untuk diperbanyak. Untuk disampaikan ke vihara/klenteng dan untuk diberikan secara gratis, sopan dan tanpa pamrih kepada mereka yang ingin memperbaiki nasib.




About Me

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Hidup Ini Trus Berputar .. Roda Selalu Berjalan ! Pagi Menjemput Siang, Siang Menjemput Sore, Sore Menjemput Malam dan seterusnya. Hidup ini hanya sementara apalah artinya suatu tubuh ini yang diliputi kulit saja ... Menjalani Menjadi buddha jauh lebih susah drpd hidup di dunia ini banyak rintangan dan hambatan serta cobaan trus berganti yg harus di uji ....

Pengikut